Monday

ada saat-saat di mana aku merasa terpenjarakan oleh tubuhku sendiri. oleh konsep ruang, konsep waktu, konsep fisik dan wadah daging. aku harus menempuh jarak tertentu, dengan kecepatan tertentu, meninggalkan suatu tempat tertentu menuju tempat tertentu lainnya. terhalang identitas. terbatasoleh kata mampu-dan-tidak-mampu.

energy bug.

pernah gak sih kamu ngerasain seluruh tubuhmu bergetar karena merasakan sebuah energi yang mengalir dari dalam benakmu, yang gak yerbendung, tapi pun kamu gak akan mampu menderaskannya pada suatu medium? saat-saat di mana kepalamu hendak meledak hanya karena termenung sesaat dan memikirkan jutaan potong gagasan yang kamu sadar gak akan sempat kamu petakan, entah dalam tulisan, perkataan, atau sekedar coretan sambi lalu? terlalu banyaknya sampai tak ada satupun yang terdepiksi dengan sempurna kamu ingin mati saja.
can i just disappear? right now, out of the blue.

ah i know the exact word; vanish.

Sunday

it's funny.

it's funny how the world makes you feel smaller.
not the sad smaller but flabbergasted smaller.

it's funny how the world himself is actually so small.
it's funny how some words can lead strangers to have a deeper midnite-talk.
it's funny how spiders wander thru the edge of the web to spin the wider one.

it's funny.

it's funny how this interconnected world works.
it's funny that we share interconnected destinies, interconnected choices, interconnected stories, interconnected flaws. it is.

it's funny to have a casual deep talk with strangers.

it's funny how much we do not know, how we can never complete the puzzle without each other.

Wednesday

catatan perjalanan.

akhir akhir ini saya merasa gak berguna. saya merasa menjadi sampah negara. mungkin karena saya gak produktif secara finansial. mungkin karena saya merasa bisa melakukan sesuatu tapi belum merealisasikannya. saya mulai membandingkan diri dengan orang lain. termasuk orang-orang yang baru saya ingat pernah berkompetisi dengan saya, saya ungguli, yang sekarang sudah meroket jauh di atas saya, yang masih teronggok setengah 'bernyawa'. bahkan ada kalanya saya jadi berpikir dua kali hanya untuk menulis menggunakan bahasa inggris, yang saya senangi, karena merasa 'saya ini nulis seperti ini, sok-sokan, tapi toh saya cuman omong doang'. teman teman saya sudah melanglang buana ke negeri negeri bersalju yang berbahasa inggris, toh saya masih di sini, bercuap-cuap. beberapa waktu saya sempat takut, saya takut saya ini hanya konsep, saya ini cuman bisa mimpi. takut mimpi saya sudah kadaluarsa. saya merasa menjadi liabilitas. saya merasa tidak mengeksplorasi potensi saya seperti seharusnya. saya... saya merasa... tidak berharga.

lalu saya tetap menjalani hari. malam demi malam, pagi jadi siang hingga malam lagi.
belajar setiap malam, mengerjakan apa yang harus saya kerjakan, meninggalkan apa yang saya senangi, menjalani semuanya sesuai aturan. tidak bermain keluar, tidak bermain media sosial, tidak menulis, tidak mengamati film. hanya belajar, mendengarkan radio, kembali pada sms, mengerjakan tugas, memasak, bahkan berjalan instead of menunggangi motor. sampai suatu hari saya putuskan baiklah, saya akan keluar, hanya setiap hari selasa di selang sesi untuk mengunjungi skena seni.

saya hanya menjalani hari. tidak mengeluh, tidak meratap, tidak berharap. hanya menjalani sebaik yang saya mampu.

terkadang berkawan dengan cacian bayangan di cermin. kadang berkawan dengan makian sebelum tidur dari suara di dalam kepala.

saya tetap menjalani hari.

kadang meliburkan diri dari cacian cermin dan makian sebelum tidur, lalu bertelekomunikasi dengan kawan lama di seberang provinsi, merencanakan studi lanjutan di luar negeri, atau bertelerefleksi dengan kawan baru, membicarakan beberapa projek yang produktif agar tidak berakhir di tempat pembuangan akhir, sambil merencanakan liburan.

hingga suatu hari, saya sadar.

saya gak boleh capek. saya boleh sedih. tapi saya, gak boleh capek. buat kalian yang merasakan hal yang sama, stop, jangan capek dulu.

ini bukanlah tulisan yang dibuat setelah sukses dan sarat bukti. ini tulisan dalam perjalanan, di mana tak seorang pun tahu hal apakah yang tengah menanti di ujung perhentian. ini bukanlah pencarian, tapi pembaktian diri, akan jalan yang ditapaki, bertahan agar tidak mati. meski kawan menggenggam belati, dan lawan mengucap makian yang berarti.

ucapan terimakasih.

gue merasa labil. gue merasa masih menjadi beban angkatan kerja dan menjabat sampah negara paruh waktu--at least ketika gue lagi di kampus, kuliah, gue merasa melakukan apa yang menjadi keharusan gue, meski gue ga enjoy.

di umur gue yang ke-20 gue lagi-lagi masih menjadi labil. sekarang gue bilang gue ga stories-bombing nyatanya gue masih. sekarang gue bilang gue mau kembali menulis dan menjalani blog, lalu gue deact karena merasa telah overexposing, lalu sekarang mau gue aktifin lagi. gue merasa masih lebih sering trial-and-error ketimbang melihat-memahami-dan tidak melakukan. tapi syukurlah mental health gue membaik, terimakasih kepada orang-orang yang mau meluangkan waktu buat gue meski kita baru-baru aja kenal, atau jarang ketemu, yang malah kadang jauh ngerti melebihi yang lebih lama sohiban. meski cuman sekedar nemenin gue berkelana ngeliatin kanvas berwarna, atau patung keroak, atau hujan-hujan. meski guenya di tengah jawa dianya di bagian pulau jawa yang lain. meski kita punya kehidupan masing-masing dan ga selalu berkomunikasi intens. gue mau makasih banget banget banget. udah menemani gue di saat sedang terpuruk dan cuman punya tembok untuk bersandar.

wincung, ogiv, puput. i owe u a lifetime friendship. tuh kan gue kayak anak labil.