Monday

Dealing with an old enemy

Kadang, aku masih nyesek kalau liat pertamina tower ugm. Makin lama aku makin ngerti kalo aku bukan pingin kuliah di ugm. Tapi di pertamina towernya. Tapi makin lama aku ngerti, kalau mau ditilik lebih lanjut, sebenernya ini bukan soal gengsi, tapi obsesi.

Beberapa waktu lalu aku bilang aku mau coba lagi tahun depan. Sekarang aku pikir dua kali untuk kembali dealing with this old enemy, obsesi lamaku. Makin lama, aku makin ragu.

Aku iri sama mereka yang bisa kuliah di menara itu, makan di bonbin, menjalani setiap inisiasinya, eventsnya, dan menjadi para penggarap kegiatannya. Dengan bantuan negara dan atas nama gengsi lembaga, sudah pasti semua akan diselaraskan dengan segala sumber daya (selain manusianya). Selain nama yang menopangnya sendiri yang telah puluhan tahun bertengger dengan gagah di atas sebuah perisai raksasa. Konon, aku sangat piawai menggambarnya.

Lucu tiap liat kak AB yang inspiring banget---aku gak bisa ngukur standardisasi inspiring itu gimana karena bahkan aku gak bisa ngelihat dan menilai gimana Kak AB Kak AB di tempat lain. Contohnya pacarku sendiri. Yang menjadi Kak AB lain di menara yang kebetulan menjadi obsesiku selama ini. Sempet mikir, di luar menara idamanku aja sosok Kak AB rocking banget. Apalagi sosok Kak AB di menara itu yang notabene adalah pacarku sendiri. Dan aku sama sekali tidak bisa melihatnya, menilainya dan menjadikannya tolak ukur lain.

Lantas ini bukan lagi permasalahan antara Kak AB dan Matthew atau bahwa mereka berdua adalah laki-laki penggiat kampus.Tapi bagaimana dunia begitu berparalel dan jenaka dalam mempermainkan keadaan.

Itu nyesek yang pertama.

Nyesek selanjutnya adalah bagaimana kemarin aku baru stalking beberapa youtube accounts yang berhubungan dengan kehidupan menara idamanku yang satu ini. Soundtrack lagunya benar-benar sama dengan soundtrack yang aku gunakan untuk mahakarya yang aku buat beberapa minggu sebelumnya.
Lagu inisiasinya sama. Dresscode inisiasinya sama. Almamaternya hampir sama.

Sekali lagi hal tersebut bukan lagi menjadi masalah sama-tak-sama. Yang paling mengusikku adalah bagaimana aku benar-benar jauh dari impianku sekarang. Atau, adakah yang bisa membangunkanku dari tidur panjang?

Anyway, aku diterima di Seutas. Aku ketagihan mendaftar. Aku pingin daftar PSM. Aku pingin move on dari menara itu. Aku benci. Aku lapar. Aku kesepian.