Rambutnya.
Senyumnya.
Matanya.
Tawanya.
Suaranya membuatku tak tahan untuk menolehkan kepala. Dia berdiri bak
melayang. Makin kuidamkan dirinya, makin tergia-gila aku padanya. Aku
tak peduli. Laki-laki itu bukanlah tandinganku. Ia hanya lebih
beruntung. Sungguh, akan kubahagiakan dia melebihi kebahagiaannya
sekarang.
Namun aku tak akan merenggut semua itu darinya. Aku tak mungkin mencabut
senyumnya yang selalu membuatku berani untuk menghiraukan dunia. Aku
tak mungkin menghapus kialu gerlingannya yang membuatku merasa layak
memilikinya. Tidak, aku tak sampai hati untuk memanggil namanya. Biarlah
aku duduk di sini, menatapnya yang sibuk menyapa setiap orang. Tidak,
aku tak akan melewatkan sedetik pun, bahkan untuk menjadi satu dari
mereka yang akan disapanya. Cukuplah dunia menangis bersamaku, dan
memutar-balik di bawah kakiku. Aku masih ingin menatapnya lebih lama
lagi.
Aku masih ingin menatapnya lebih lama, lebih lama, lebih lama, dan lebih lama lagi.
Oh Tuhan, izinkan kedekap erat tubuhnya. Izinkan kusampaikan bahwa aku
ada. Aku ada untuknya, dan ada karenanya. Izinkan kusampaikan sejuta
doaku padanya. Izinkan aku hanya diam menatapnya. Izinkanlah kurasakan
segala hal bernama bahagia. Izinkanlah kusampaikan semuanya bersama
diam. Izinkanlah aku bangun untuk sejenak berhenti bermimpi. Izinkanlah
aku berarti. Izinkanlah aku terus merindunya. Izinkanlah aku memujanya.
Izinkanlah aku.. mencintainya.
[potongan cerpen dari koleksi kolase lama]
No comments:
Post a Comment