Friday

kubis kubiskuuu


#DelveInside: 3

setahun yang lalu, entry ini akan berisi banyak nama organisasi dan event event. dulu, pas jadi maba, terhitung mulai oktober 2014, aku sudah resmi menjadi anggota 3 organisasi resmi kampus; bem, pers mahasiswa dan kelompok studi pasar modal. pada ketiganya aku aktif, bahkan setidaknya selama di bem lebih dari sepuluh events sudah aku jajaki. setiap malam diisi dengan rapat, sore-nya japok (kerja kelompok) dan kuliah sejak pagi hari. jarang ada waktu untuk kehidupan pribadi. hidupku jadi kayak robot, dan aku menjauh dari passionku, ternyata.

bahkan teman teman lama semakin menjauh dengan alasan 'lha kamu sibuk gitu kayaknya' atau 'aku gak mau ganggu kamu' dsb dsb. nongkrong terjadi bersamaan dengan kerja kelompok dan family time hanya pada saat saat yang langka.

sempat sih, kalau menurut kapitalisme hal ini balance, kerja produktif dan sharpen the saw seperlunya. sempet. sampai suatu hari, dari 3 organisasi itu sendiri aku merasa kuliahku jadi terbebani dan semakin pilih kasih terhadap satu-dua di antaranya. untung yang satu lebih pada rotasi kepanitiaan kompetisi nasional jadi aku bisa fokus ke bem. di bem, (tahun keanggotaan bem-ku terbagi menjadi 3 tahun, staff maba, lalu staff tengah, hingga ph) aku naik menjadi ph di tahun ke dua. dan, hampir dikaderkan menjadi ketua, tapi gagal karena konflik interen (hahaha). aku cenderung bukan orang politis. aku membela apa yang aku anggap secara logis benar, bahkan aku memang cenderung transaksional di bem, sayangnya. tapi setidaknya aku jujur, aku berani menjadi berbeda meski dianggap enemi publik. dan aku tahu secara politik aku salah. tapi aku tidak akan membohongi diriku sendiri--bermain aman, dan bersembunyi di balik kerumunan asal punya teman. maka.. bertahan dengan tekanan-tekanan horisontal tertentu, pada pertengahan tahun 2016, sekaligus menuntaskan tugasku sebagai ph, aku memutuskan resign dari bem. dan mendukung mereka dari luar. ya, aku tetap menganggap kami adalah keluarga dan memberi bantuan jika diminta.

lalu, sejak semester lima, dengan bebasnya aku dari semua organisasi resmi kampus dan kepindahan matthew, aku benar benar memulai rutinitas baru.

aku masih mengikuti komunitas dan organisasi kecil di luar, tapi kondisinya fleksibel dan  tidak membebani. tapi sekarang aku bisa fokus kuliah. jika tidak ada kelas aku akan menghabiskan waktu bersama keluarga, senang senang dengan gemara atau rania, atau sekedar berbagi energi dengan kawan-kawan lama. waktu luang yang tidak terisi kuliah atau tugas aku dedikasian untu passionku, sosial dan seni budaya. atau kepanitiaan lepas sekitaran jogja. venue venue seni, pagelaran, events tahunan atau sekedar keluar dan mencari tempat untuk menulis. sendirian.

dua tahun terakhir aku selalu mengeluh tanpa henti soal major akuntansi yang serba kaku dan nggak aku banget, sekarang aku mau berhenti ngeluh dan jadi solutif. aku tetap kuliah dan ngampus untuk mempertanggungjawabkan pendidikan formal, sekaligus tetap menjadi diriku sendiri dan melakukan apa yang menjadi panggilanku. meski diangap berbeda, meski dibilang 'kok main terus' dsb, aku gak peduli. halo, kalo orang kuliah komunikasi, terus dateng ke events-events, kamu bilang mereka main terus? padahal ya emang itu kerjaan kuliahnya. kalo orang seni rupa dateng pagelaran/pameran, kamu bilang mereka selo? kamu bilang mereka seneng-seneng? well iya sih mereka technically pasti senang, wong menjalani passion dan penggilan dan jadi diri mereka sendiri. tapi ya emang itu kuliahnya. emang orang kuliah harus ngendon di kampus? harus konferensi dulu baru dianggap berkarya? harus rapat rapat di kampus terus dan nugas?

kalo jawabannya iya, mainmu kurang jauh.

kenalanmu kurang banyak. hidupmu terbatasi anggapan publik dan konsep kompetisi.


Delve Inside: 3 // Kesibukan: Selesai.

[ps. aku nggak bilang konferensi dan berkarya di kampus jelek. kamu terlalu kejiret konotasi. aku cuma ngasi perspektif lain, bahwa gak harus kayak gitu cara kerjanya. bahkan kalau bisa main terus berprestasi tambah bagus ya gak. berprestasi dan dapet medali itu keren banget. tapi standardisasinya gak sesempit itu.]

No comments:

Post a Comment