Wednesday

catatan perjalanan.

akhir akhir ini saya merasa gak berguna. saya merasa menjadi sampah negara. mungkin karena saya gak produktif secara finansial. mungkin karena saya merasa bisa melakukan sesuatu tapi belum merealisasikannya. saya mulai membandingkan diri dengan orang lain. termasuk orang-orang yang baru saya ingat pernah berkompetisi dengan saya, saya ungguli, yang sekarang sudah meroket jauh di atas saya, yang masih teronggok setengah 'bernyawa'. bahkan ada kalanya saya jadi berpikir dua kali hanya untuk menulis menggunakan bahasa inggris, yang saya senangi, karena merasa 'saya ini nulis seperti ini, sok-sokan, tapi toh saya cuman omong doang'. teman teman saya sudah melanglang buana ke negeri negeri bersalju yang berbahasa inggris, toh saya masih di sini, bercuap-cuap. beberapa waktu saya sempat takut, saya takut saya ini hanya konsep, saya ini cuman bisa mimpi. takut mimpi saya sudah kadaluarsa. saya merasa menjadi liabilitas. saya merasa tidak mengeksplorasi potensi saya seperti seharusnya. saya... saya merasa... tidak berharga.

lalu saya tetap menjalani hari. malam demi malam, pagi jadi siang hingga malam lagi.
belajar setiap malam, mengerjakan apa yang harus saya kerjakan, meninggalkan apa yang saya senangi, menjalani semuanya sesuai aturan. tidak bermain keluar, tidak bermain media sosial, tidak menulis, tidak mengamati film. hanya belajar, mendengarkan radio, kembali pada sms, mengerjakan tugas, memasak, bahkan berjalan instead of menunggangi motor. sampai suatu hari saya putuskan baiklah, saya akan keluar, hanya setiap hari selasa di selang sesi untuk mengunjungi skena seni.

saya hanya menjalani hari. tidak mengeluh, tidak meratap, tidak berharap. hanya menjalani sebaik yang saya mampu.

terkadang berkawan dengan cacian bayangan di cermin. kadang berkawan dengan makian sebelum tidur dari suara di dalam kepala.

saya tetap menjalani hari.

kadang meliburkan diri dari cacian cermin dan makian sebelum tidur, lalu bertelekomunikasi dengan kawan lama di seberang provinsi, merencanakan studi lanjutan di luar negeri, atau bertelerefleksi dengan kawan baru, membicarakan beberapa projek yang produktif agar tidak berakhir di tempat pembuangan akhir, sambil merencanakan liburan.

hingga suatu hari, saya sadar.

saya gak boleh capek. saya boleh sedih. tapi saya, gak boleh capek. buat kalian yang merasakan hal yang sama, stop, jangan capek dulu.

ini bukanlah tulisan yang dibuat setelah sukses dan sarat bukti. ini tulisan dalam perjalanan, di mana tak seorang pun tahu hal apakah yang tengah menanti di ujung perhentian. ini bukanlah pencarian, tapi pembaktian diri, akan jalan yang ditapaki, bertahan agar tidak mati. meski kawan menggenggam belati, dan lawan mengucap makian yang berarti.

No comments:

Post a Comment