Sunday

sebelum turut mengambil bagian.

[last lines]

Charlie: [voice-over] I don't know if I will have the time to write any more letters because I might be too busy trying to participate.


saya memang penyendiri. saya sebenarnya orangnya berisik, tapi beranjak remaja saya menemukan kenyamanan dalam menjadi penyendiri jika waktunya memungkinkan. untuk membaca buku, mengamati sekitar, bising akan suara di tengah pesta, silau akan lampu sorot, kadang insecure, kadang malu, kadang enggan, dan kadang lelah.

saya suka duduk sendirian di balkon kamar asrama saya dulu, di atas bukit di lantai tiga. memandangi langit, melihat dunia basah saat hujan, memandangi mercusuar, ladang tebu dari ketinggian. melihat gunung dari kejauhan. saya suka duduk di samping jendela di bus, sambil mendengarkan lagu. saya suka ke perpustakaan, membaca buku (selain karena ruangannya enak, mungkin saya memang anti sosial). saya suka diam dan mengamati. bukan karena saya pendiam, tapi saya memang menikmati saat menjadi penyendiri. bukan karena saya individualis, tapi saya merasakan kenyamanan yang tidak bisa dijelaskan jika saya sedang sendirian.

setiap hari minggu pagi, saya akan diantar ke gereja oleh angkot sewaan sekolah ke daerah sarinah (malang) bersama teman-teman yang akan misa dan kebaktian. biasanya di dalam angkot, karena masih pagi, kebetulan kami lebih sering tenggelam dalam headset masing-masing. sambil melihat ke luar jendela, menyusuri jalanan tlogowaru hingga alun-alun di tengah kota. suasananya sangat menyenangkan. melewati ladang-ladang tebu di pagi hari, sinar-sinar matahari yang masih teduh dari balik pepohonan jalan, aktivitas pagi di beberapa pasar yang dilalui, jalan raya sepi karena biasanya hari minggu adalah saat bagi semua orang untuk bangun lebih siang.

karena biasanya misa dimulai satu jam kemudian, kami akan duduk-duduk di mcd yang terletak tepat di samping gereja. kami memang memiliki privilege kecil: kami boleh mengenakan baju bebas, yang sedikit menguntungkan memang hehehe. biasanya setiap siswa asrama atau anak dorm (karena ada siswa non-asrama atau siswa day) harus mengenakan seragam jika keluar asrama. kewajiban itu mutlak dan berlaku dalam hal apapun, termasuk parent visit dan kegiatan lainnya. maka kemudian, hak istimewa kecil itu sering kami salahgunakan untuk jalan-jalan.

salah satu hal yang selalu membekas dalam ingatan saya adalah saat saya jalan menyusuri pertokoan kayutangan dari sarinah ke bca pusat di jalan kahuripan. sendirian. waktu itu hari masih pagi sekali, hanya segelintir kendaraan yang berlalu lalang, dan udara membuat malang rasa eropa. sendirian, mengenakan baju bebas, menikmati udara pagi kota malang di jalan dengan pertokoan gaya lama, diiringi lagu-lagu. rasanya indah sekali. saat-saat itu jiwa solitary saya sedang mestakung-mestakungnya.

waktu itu iphone masih menginjak seri ke 4. hape saya masih samsung. saya masih bermain kamera besar, tapi entah kenapa karena instagram belum sepenting sekarang dan saya ga mainan fesbuk, saya lebih banyak melakukan segalanya dengan jenuin. saya lebih menghargai penglihatan dan memori saya. meski sekarang toh saya menyesal, andaikan saya sudah membawa kamera analog kemana-mana hari-hari itu.

di rumah, saya merupakan anak tunggal dan ibu saya bekerja, jadi saya punya lebih banyak privilege untuk menjalani kesukaan saya. menyendiri. oleh karena itu mungkin saya sangat suka dengan buku, film, lagu, mengamati dan kegiatan yang berhubungan dengan kesendirian. atau jangan-jangan, iya ya, karena itulah mungkin saya jadi suka menyendiri.

saya suka menyendiri, tapi saya tidak kesepian.

blog adalah sarana saya menyalurkan waktu-waktu menyendiri saya. saya menulis, saya berbagi gagasan, saya mengobrol dengan diri saya sendiri. lama kelamaan, karena semakin lama saya makin harus berinteraksi, blog menjadi sara saya dalam menyaur utang saya saat saya tidak sempat menyendiri. saya menceritakan peristiwa-peristiwa, kejadian, dan pengamatan yang tertunda. menulis menjadi hal yang reflektif bagi saya.

entah bagaimana, kemudian menulis reflektif menjadi sangat adiktif. saya jadi menyisihkan waktu tersendiri untuk melakukannya. hingga, saat saya benar-benar tidak sempat melakukannya, saya jadi menunda-nunda hingga tidak melakukannya sama sekali seperti yang terjadi di tahun 2015. bertepatan dengan transisi keseharian saya menjadi sorang mahasiswa yang sibuk dan kala itu ngambis, menulis menjadi sedikit membebani. ditambah lagi saya lebih sering berbagi melalui instagram yang menjelma microblog, dimana caption panjang saya sedikit banyak sudah bisa merangkum peristiwa. saat mencoba kembali menulis, ternyata yang keluar malah rasa-rasa yang negatif: sedih, marah, galau, kesepian, satir, curhatan. blog saya jadi dark dan emo. menulis reflektif justru membuat saya tenggelam dalam kesenduan. menyendiri membuat saya jadi kesepian. hingga tahun 2016 datang. tahun itu, banyak hal dalam hidup saya yang mengalami perubahan. kemudian saya memutuskan untuk mengurangi membuat caption panjang dan overexposing di instagram, bahkan berhenti bermain media sosial lainnya seperti path, snapchat, askfm. toh ada instastories yang bisa merangkum semuanya. instastory yang simple, sambil lalu, hilang dalam 24 jam, memungkinkan orang untuk melewatinya atau memutenya, dan memungkinkan interaksi secara langsung melalui dm. lalu dengan adanya insta story itu ternyata saya jadi labil lagi. saya overexpose melalui story (which is saya ga ngerasa karena semuanya hanya jepretan sambil lalu) dan jadi merasa untuk tidak perlu menulis reflektif atau bercerita melalui tulisan.

awal tahun 2017 saya memutuskan untuk mengurangi bahkan berhenti menulis di blog ini. blog ini saya deactivate. saya hanya menulis review film suka-suka saya dan draft buku yang memang harus saya selesaikan. saya membuat portal baru yang saya anonimkan, namun isinya bukanlah tulisan reflektif. saya, seperti Charlie di akhir cerita, memutuskan untuk lebih menyibukkan diri ambil bagian.

saya menjalani saja hari-hari saya. saya datangi apa yang saya ingin datangi. saya lakukan apa yang saya ingin lakukan. saya tinggalkan apa yang tidak saya inginkan. saya berusaha hidup tanpa beban. hidup bebas, dan mencintai diri saya sendiri. menjadi diri saya sendiri.

kemudian saya ingat lanjutannya.

And there are people who forget what it's like to be 16 when they turn 17. I know these will all be stories someday. And our pictures will become old photographs. We'll all become somebody's mom or dad. But right now these moments are not stories. This is happening. This one moment when you know you're not a sad story. You are alive, and you stand up and see the lights on the buildings and everything that makes you wonder. And you're listening to that song and that drive with the people you love most in this world. And in this moment I swear, we are infinite.


_______________________________________
*sekarang sekolah saya beralih kepengurusan berada di bawah naungan pemprov jatim--sebelumnya pemkot malang--dan berubah menjadi SMA Taruna Nala Jawa Timur, baru saja diresmikan awal juni lalu oleh bapak Jokowi.

No comments:

Post a Comment