Sunday

hari-hari dimana saya memutuskan lebih sibuk ikut ambil bagian.

saya udah hampir lupa gimana gampangnya nulis caption panjang.
saya udah nyaris lupa gimana nulis yang enak dibaca, yang ngalir.
saya hampir lupa gimana caranya harus bercerita. saya bahkan bingung mau pake saya dan nulis indah, mau pake aku dan nulis kasual, atau pake gue dan nulis rese. akhirnya saya gabungin aja ketiganya.

suatu hari yang saya lupa kapan, saya sangat sedih. kemudian saya tidur dan medapat mimpi buruk. lalu saya terbangun dan memutuskan untuk.. ikut ambil bagian. seperti kata charlie. meninggalkan apa yang menjadi beban. menjemput apa yang diinginkan. terserah kata orang. gapapa meski sendirian tanpa teman. saya mendeaktivasi blog. saya melupakan seluruh obilgasi saya pada diri sendiri dan pada pembaca blog saya bahwa saya akan menulis dengan rajin karena saya ga akan sempat main kemana-mana semester enam. dan saya meninggalkan portal refleksi saya.

waktu itu, teman-teman makan siang dengan saya sepertinya sedang sibuk kuliah dan bekerja. levy puput dan nando sepertinya terasa begitu jauh di jakal. ones sibuk kerja sambilan di lokal. mega sedang magang di jakarta membuat film bersama upi. lalu saya sekelas dengan windy dan kos kami dekat. saya sudah kenal dengan windy sejak semester pertama, tapi kami jarang sekelas dan sebelumnya saya kebanyakan pacaran kalau sedang tidak kuliah dan ngevent ini itu. hari-hari itu, bahkan teman-teman yang sudah lama kenal saja banyak yang enggan mengontak karena saya terlihat sangat sibuk, atau karena ternyata pesannya tidak saya balas (yang baru saya sadari setelah selow saat menghapusi history chats). atau setidaknya begitulah jawaban mereka saat saya marah-marah kalau ketemu, marah kok saya jarang dikabarin lagi, diajak main lagi. lalu saya jadi sering mengajak wincung makan. lalu kami sering menonton serial drama amerika bersama. basically we shared many things in common so yea we could have topics to talk and things to do bersama-sama. (cung, gak sah ge-er koe). lalu kami iseng melakukan kesukaan terpendam kami, seni. kesukaan, bukan kemampuan. kami tiba-tiba iseng main ke acara seni. kami membelah jogja di hari selasa saat selang sesi kuliah. kadang hujan-hujan dan sepatu kami jadi basah. haha geblek.

begitulah. setelah saya memutuskan melepaskan banyak hal dan menjalani keseharian baru, saya akhirnya punya waktu--yang trenyata berlebih--untuk melakukan segala hal yang dulu saya lewatkan. misalnya berteman, menghabiskan waktu bersama keluarga, membaca buku, ke perpustakaan, ke gig musik, tidur nyenyak, nonton film dan akhirnya, kuliah sepenuhnya. saya jadi lebih banyak ikut berpartisipasi, mengambil bagian. sayang saya jadi jarang nulis dan menjurnal. karena takut jadi sedih dan overthinking yang berlebihan.

setahun terakhir ini, ya tepat setahun ternyata, saya akhirnya jadi diri sendiri. di tahun 2017, setelah tidak membuat resolusi, akhirnya proses ambil bagian saya membuahkan hasil,. tahun ini, saya akhirnya menemukan tombol on yang sempat ketelisut. semua itu ternyata berkat saya menyibukkan diri berpartisipasi.

tapi sayangnya, semuanya jarang ada yang ter-refleksi. semuanya terjadi begitu saja. awalnya karena sengaja berhenti, lama kelamaan jadi terbiasa. mungkin itu yang dikatakan teori bahwa kita sedang bahagia. kita terlalu sibuk ambil bagian hingga tidak sempat mengabadikan.

maka kini, biarkan saya bercerita. meski tulisannya kaku dan wagu karena sudah lama tidak dideraskan.

jadi, saya habis putus. saya agak geli nulisnya karena bagi saya saya sudah terlalu berumur untuk membicarakan soal status, putus, balikan, dsb. sudah bukan waktunya.

saya... saya rasa saya akan bikin satu entry sendiri untuk cerita soal yang itu.

No comments:

Post a Comment