Sunday

Jangan Pernah Puas

Aku nggak bilang kita tidak boleh merasa cukup. Aku bilang, jangan pernah puas. Hanya orang bodoh yang tidak bisa melihat garis di antara keduanya, walau garis itu bukannya dapat dilihat oleh orang yang tidak bodoh, melainkan orang yang tidak mengerti. Maka sekalipun orang itu pintar, namun ia tidak mengerti, ia tetaplah bodoh.

Sayang sekali bahwa Anda tidak merasa puas ketika Anda merasa tidak cukup. Maka mungkin Anda adalah orang yang tamak.

Bingung? Saya juga.

Mungkin saya terlalu lelah.

Lelah yang mengenyangkan. Lelah yang terbayarkan. Lelah yang menguap begitu saja karena data-data berjiwa yang saya dapat tiga hari terakhir.

Senat Mahasiswa.

Aneh ya ketika mahasiswa-mahasiwa lain baru atau bahkan belum menuntaskan inisiasi mereka, aku malah sudah kembali menjalani inisiasi dan tergabung menjadi bagian dari sebuah organisasi (yang bukan main-main) di universitasku. Menjalani seleksi, inisiasi, kemudian mulai beraksi.

Berkenalan dan berdinamika bersama orang-orang yang sama sekali baru. 45 wajah pendatang dan 23 yang lain mencoba menjadi agen agen perubahan. Sepertinya bahasaku terlalu klasik dan kacangan ya. Mari kita ganti saja.

Manajemen Perubahan. Lagi lagi adalah Kak AB yang kembali mengguncang pemikiranku. Baik, kalimatku masih terlalu novelis.

Mungkin aku terlalu lelah.


Lelah yang bertenaga. Lelah yang mulai mengusik. Lelah yang ingin segera bersuara.

Lelah yang membahana. Lelah yang sungguh, sungguh, mendobrak segala kemeremehanku.

No comments:

Post a Comment