Saturday

now, given a time-turner.

that magical phrase jk rowling used to start a beautiful and captivating speech of..life.

iya ga sih, kita akan selalu punya sebuah kacamata tertentu yang kita pake untuk membentuk diri kita?

mungkin ada orang yang bisa benar benar lepas dari pengaruh orang lain. tapi aku percaya kalo setiap persona pasti memiliki sosok ideal mereka masing-masing.

kenapa ideal, bukan idola, karena kalau idola kesannya terlalu berlebihan. ideal pun mungkin bukan berarti sempurna, ideal bisa jadi berawal dari 'astaga, keren nih orang' atau 'omg samaan! cuma dia in a way more cool and on point' atau sesimpel 'ahh goals!!' atau bisa jadi 'kok bisa yaaa inspiring bgt aku pengen kaya gitu.'

jk rowling bilang dalam speech tersebut, kalo hidup kita bukan cv kita. hidup kita bukanlah daftar achievements yang kita koleksi atau karier yang kita anyam.

kayak, ya look at me istilahnya kalau di dunia musik ada billboards hot 100, ada versi dahsyat, ada versi indie. mungkin aku ada di stream indie. yang punya dunia sendiri dan lebih tersegmen.

tapi kadang orang awam ngeliat ya yang keliatan, yang jelas. billboards misal, atau dahsyat deh yang lebih lokal. atau kerenan dikit, breakout (apasih jayus) (soalnya aku bukan penonton dahsyat dan entah kenapa aku ga pernah bisa tahan liat raffi ahmad dan gengnya lebih dari 3 menit).

muter muter ya?

jadi.. kadang meski aku sudah ok, i have this own world and path and directions, aku juga bisa minder liat orang lain. apalagi jika orang itu ada di stream indie tapi masuk billboards. hehehe.

aku pernah baca Outliers. isinya luar biasa. ga mendiskreditkan pengguna otak kiri maupun kanan. orang yang filosofis banget dapet. orang yang ilmiah banget kenak.

di dalam buku itu, ada eksplanasi yang panjang dan scientific mengenai pencapaian seseorang. pencapaian di sini gak secara general jatuh pada prestasi ataupun karier, bisa sesimpel angka hidup dan audisi pemain tim olahraga.

jadi setelah baca buku ini, gak tau ya kalo orang lain gimana kan intepretasi nya bisa beda beda, tapi aku pribadi jadi teryakinkan (karena aku udah sempet punya pemikiran serupa even sebelum baca bukunya--instead ada orang yang jatuhnya 'terrombak' cara pikirnya karena awalnya ga mikir gitu) sama pemikiran bahwa.... sukses ga dicapai hanya dengan doa dan usaha.

kalo kayak gitu, jatuhnya semua relatif.

misal. semua orang usaha. dan berdoa. melakukan yg terbaik pokoknya yakin. jadinya ada generalisasi. aku pernah nulis di Coincidence or Intentional Destiny kalo gak sesederhana Tuhan ngabulin semuanya. di situ aku sempet ngasi metafora, ada sebuah pertandingan antara a dan b. keduanya sama sama berusaha. keduanya sama sama berdoa. keduanya sama sama baik dan bertalenta. tapi satu yang keluar jadi pemenang. ga bisa dong kita bilang Tuhan pilih kasih? atau Tuhan ngabulin yang menang dan ga dengerin yang kalah. atau kita secara kasual bilang, usaha si A lebih banyak, atau doa si A lebih kenceng. Tuhan ga bikin perlombaan atas iman kita. Tuhan ga sedang menyabung kita.

dengan baca outliers, pemikiran abstrak ku dituturkan secara logis dan ilmiah melalui observasi dan bukti-bukti historis yang konkret.

bahwa semua ada sebabnya, ada alasannya. kenapa sesuatu seperti ini atau sesuatu seperti itu. kenapa ini begitu dan itu begini. kenapa aku nggak dan dia iya. kenapa kamu oke dan dia enggak.

ga sesimpel men-general-kan keadaan sesuai hasil akhir. ga sesimpel menutup mata terhadap berjuta faktor yang memang benar benar ada.

saat kita lahir, aku pernah baca tapi lupa dimana, ada dua hal yang melekat. nasib dan takdir. perbedaan di antara keduanya adalah; nasib bisa diubah. dan takdir engga. nasib yang beriringan sesuai usaha doa dan pilihan pilihan yang kita tenun. tapi ada takdir, yang tidak bisa diganggu gugat.

oke. terus apa hubungannya sama sosok ideal dan perihal kacamata yg kita pake untuk membentuk diri?

aku punya. ada yang emang jauuh gitu tapi i adore them banget, ada yang sebenernya merupakan orang-orang di 'sekitar' kita. bisa lebih muda, bisa sepantaran, bisa kakak tingkat, bisa jadi mereka gak kenal kita tapi karena satu dan lain hal kita ngerti mereka, dan cukup dekat untuk bisa mengamati perkembangan mereka dari jauh. yah, confession sekali kali.

bentar bentar, aku lagi dengerin imaginary girlfriend nya mocca. enak ya. pagi pagi. rada pas juga sama bahasan. hahaha sori random.

oke lanjut. aku ada. aku punya orang orang yang aku 'liat'. kebanyakan karena they share the same passion dan menularkan energi yang sama and i feel what they do fits me surreal-ly, paralel-ly. meski kadang dengan anak tangga yg berlainan atau hanya sekedar direksi yang bersinggungan.

ada yang.. beberapa langkah di depan. kadang di sini aku minder. kayak.. dengan pemikiran ala outliers tadi.. iya yaaa kenapa aku ga ngelakuin gitu juga yaaa, kenapa pas itu aku ga kepikiran, kenapa aku ga gitu yaaa, kenapa aku ga seberani itu kenapa aku ga punya x factor itu. kenapa. terus aku jadi termotivasi buat ngelakuin lebih. karena aku tahu ada yang bisa. meski kadang ada beberapa yang telat. terus dari situ kadang, aku menyesali pilihan yang aku buat pada nasibku. kalo aku udah terlanjur jauh dan udah ngelakuin semua tapi tetep stuck, biar move on aku mencoba bersyukur dan menghela, ya ini takdirku.

gitu.

tapi kadang, astagaaa orang orang ini bikin bener bener kayak.. bikin kita, bikin aku kayak..
aku ki raono apa apane. aku sama sekali belum menghasilkan. aku jauuuh di belakang. aku jauh masih kurang.

aku belum apa-apa. banyak banget yang lebih. gilak. malu sendiri.

keluar kotak. keluar gua. keluar kandang. keluar dari lingkungan yang itu-itu aja bikin kita jauh lebih berkembang. dan merasa malu ya.

apalah arti seorang yang jago kandang.

kecuali jika mereka pulang untuk membenahi kandang agar tak disebut kulit yang dilupakan kacang.

No comments:

Post a Comment