Tuesday

Pak Ogah dan Penguasa Jalanan


Ruas-ruas utama jalanan Yogyakarta begitu padat memasuki rush hour, selain bunyi mesin kendaraan, suara klakson selalu mengiringi kebisingannya. Masyarakat yang dikenal ramah dan halus, bisa seketika menjadi ganas dan liar di jalanan dengan kendaraannya masing-masing. Dalam situasi ini dibutuhkan peran apparat untuk mengatur kekacauan-kekacuan ini. Sementara aparat yang sudah digaji untuk melakukan tugas ini kerap abai, atau justru malah menugaskan orang lain, “Pak Ogah”. Berkat keabaian dari aparat ini, peran “Pak Ogah” terasa sangat berjasa, padahal jika dilaksanakan oleh yang sudah sewajarnya berkewajiban tentunya jadi biasa saja. “Pak Ogah” yang mengatur lalu lintas Jogja di jam-jam sibuk ini seketika dapat menjadi penguasa jalanan atas kekacauan. Dengan seragam dan peralatan seadanya, kendaraan-kenadaraan berpacu tinggi ini mematuhi himbauan untuk berhenti atau jalan terus. Nyatanya memang jika diatur dengan baik, toh pengendara jalan bisa teratur juga.


Terlihat antara 11 Oktober-15 Oktober, 2-3 orang berseragam Prajurit Keraton Yogyakarta, Lombok Abang, sebagai pengatur lalu lintas di beberapa titik ruas padat jalanan Yogyakarta. Mereka tersebar di, Jalan Sayidan, Patangpuluhan, Jalan Solo, Jalan Affandi, Jalan Kaliurang, Sarjito, Perempatan Tugu Pal Putih, Taman Budaya Yogyakarta, Progo, Jalan Paris, pada waktu pagi, siang dan sore hari. Aktivitas ini sontak menarik perhatian warga, tidak hanya aktivitas, tetapi juga outfit yang dikenakan “petugas lalu intas” ini.

Warga net merespon dengan beragam melalui cuitannya di akun twitter. Akun @lalinjogja menuliskan “Siang tadi, kembali melihat kearifan lokal dalam  bekerja, nyebrangin pengendara dengan bajy prajurit Wirabraja di Jln. Parangtritis, pertigaan bank BNI”. Kemudian @guyonangkring mencuitkan “15:37 gon potongan jalan ngarep angkringan gejayan sik ngatur lalin anggo seragam prajurit, mantap jaya!”

(Aksi Pak Ogah Prajurit Keraton Lombok Abang)

No comments:

Post a Comment